Menu

Percik Kata Nieke

Tampilkan postingan dengan label inspiration. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inspiration. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 November 2023

Beda Kondangan dan Jagong Manten di Jawa

Tiap daerah punya istilah buat menyebut menghadiri acara pernikahan. Kalau di Surabaya, disebut kondangan.



Kondangan Bersama Tetangga


Musim kondangan tiba. Sebuah amplop warna merah dikirim tetangga ke rumah saya. Rupanya beliau hendak mantu. Tetangga saya hendak menikahkan putranya dengan pujaan hatinya.

Acara resepsi tidak berlangsung di Surabaya. Perhelatan digelar di kota yang persis bersebelahan dengan Kota Pahlawan, Sidoarjo. Saat membaca nama lokasinya di undangan, saya langsung tahu tempatnya. Sebuah hotel yang berada di jalan besar menuju gerbang sebuah perumahan di Sidoarjo. Letaknya tak jauh dari Lippo Mal Sidoarjo. Juga tak jauh dari pintu keluar tol.

Saya pun bertanya kepada ketua RT (Rukun Tetangga) yang juga mendapat undangan. "Pak, ini ada rencana warga mau berangkat bareng, gak?"

Rupanya selain saya, ada beberapa tetangga yang juga menanyakan hal sama ke Pak RT. Kebanyakan ibu-ibu. Pak RT berencana membawa mobil Innovanya. Ia menawarkan berangkat dari komplek sekitar pukul setengah delapan. Acara resepsi pukul sembilan. Perjalanan Surabaya-Sidoarjo melalui jalan tol diperkirakan sekitar 40 menit.

Kebetulan hari resepsi itu jatuh pada hari Minggu. Besar kemungkinan jalanan tidak akan macet. 

Pukul setengah delapan kurang, Pak RT bersama mobilnya telah tiba di depan rumah. Terdengar suara klakson khas mobilnya. Saya sudah bersiap di teras. 

Masuk mobil sudah penuh dengan rombongan ibu-ibu, termasuk istri dan anak Pak RT yang duduk di depan. Wah sepertinya perjalanan bakal seru nih. Benar saja. Sepanjang perjalanan di tol hingga tiba, obrolan tak kunjung henti. Minus bergosip ya. 




Kami tiba di hotel di Sidoarjo itu hampir pukul 9. Lobi tampak ramai. Acara di hall lantai dua. Foto-foto pra-pernikahan alias pre-wedding  dijejer di sisi kiri dan kanan sepanjang lorong menuju ruangan hall.

Tiba di pintu masuk, ternyata pengantin sudah duduk di pelaminan. Para tamu mengantri untuk bersalaman. Antriannya sudah sampai gerbang pintu masuk. Tamunya banyak juga.

Keluarga pengantin mengenakan busana tradisional Jawa berdiri di sisi kiri dan kanan, menyambut barisan tamu hingga di pelaminan. Barisan tamu tertata rapi.

Hidangan prasmanan diletakkan di meja-meja bagian tengah. Ada booth makanan seperti gado-gado dan siomay Bandung, booth bakso, booth es Manado, serta booth makanan seperti capcay, ayam goreng, udang, sayur ditumis.

Tak hanya menikmati hidangan yang disajikan prasmanan, kami juga berfoto-foto di booth yang disediakan. Gratis. Foto langsung jadi. Dengan background estetik dan peralatan foto seperti wig, bando, gitar mungil, dan sebagainya. Seru ya.

Pulangnya, tentu saja kami berombongan yang sama satu mobil. Pak RT berencana mengantar penumpangnya satu per satu sampai depan rumah. Seorang ibu berbisik ke saya.

"Mbak, ngasih berapa ke Pak RT buat urunan bensin dan tol?" 

"Seiklhasnya, Bu," jawab saya sambil berbisik. Saya enggan memberitahu nominal dua lembar merah yang sudah saya bungkus dengan amplop. Biar tak jadi ajang besar-besaran sumbangan. 

Si Ibu sempat berbisik lagi mendesak saya menyebut nominal. Namun biasanya dalam budaya Jawa ada semacam aturan tak tertulis untuk tak menyebut dalam hal semacam ini. Akhirnya tetangga saya tadi juga mengamplopi uang. Entah jumlahnya berapa.

Ada kejadian lucu saat hendak menurunkan penumpang pertama. "Pak, nanti sampai depan gang saja," ujar salah seorang ibu. Rumahnya berada di gang sebelah.

"Lho jangan, Bu. Sampai depan rumah saja," sahut istri Pak RT.

"Lha nanti merepotkan. Kan masih mengantar banyak," ucapnya.

"Nggak apa-apa, Bu," kami menyahut dan ikut mendukung si ibu diantar sampai depan rumah.

"Iya Bu. Kan judulnya kondangan. Udah dandan, masa pulangnya masih jalan. Nanti make up-nya luntur. Terus ditanyain tetangga lain. Kamu kondangan di gedung hotel atau di mana." Pak RT memberi alasan yang membuat kami--penumpang lainnya--tergelak.

*

Jagongan di Jogja


Pengalaman kondangan di atas membuat saya teringat kala tinggal di Yogyakarta. Semasa kuliah, saya sempat tinggal bersama keluarga saudara ibu saya di Jogja. 

Suatu Minggu, Budhe saya berdandan rapi. "Mau njagong," ucapnya.

Hah? Njagong? Saya mengernyitkan dahi. Apa itu njagong? Bahasa Jawa di Surabaya dan Jogja itu berbeda. Jangankan Jogja yang beda provinsi. Bahasa Surabaya dan Malang yang sama-sama saja juga beda. Ada beberapa kosakata dan kultur di balik bahasa yang tidak sama.

"Njagong itu apa, Budhe?" tanya saya.

"Menghadiri undangan pesta pernikahan."

"Oo, kondangan ya, Budhe."

"Iya, kalau di Surabaya, namanya kondangan."

Sampai tiba waktunya saya merasakan menghadiri pesta pernikahan di Jogja. Yay, akhirnya saya punya pengalaman njagong. Seperti apa jagongan di Yogya? Apa beda jagongan di Jogja dengan kondangan di Surabaya?

Ternyata ya sama saja. Baik pesta pernikahan yang diadakan di rumah atau gedung. Namun belakangan, undangan pernikahan yang dikirim ke saya, diadakan di gedung atau hotel. Kondangan dan jagong mempunyai makna yang sama.

Hal yang membedakan saat menghadiri pesta pernikahan di Surabaya dan Jogja, adalah adat dan tradisi yang digunakan. Biarpun sama-sama budaya Jawa, namun adat Jawa Timur dan Jawa Tengah berbeda. Jangankan Jawa Timur dan Jawa Tengah, adat Jogja dan Solo saja berbeda. Gaya riasan dan busana pengantin juga berbeda.

Lain kesempatan, semoga saya bisa menulis tentang perbedaan adat pernikahan ini.

*

Mengintip arti kata kondangan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring, 
bermakna: pergi menghadiri undangan perkawinan dan sebagainya, untuk mengucapkan selamat dan sebagainya.

Sementara kata jagong tidak ditemukan dalam KBBI. Rupanya kata jagong berasal dari bahasa Jawa. Artinya, datang dan duduk-duduk di acara hajatan. Kadang kata jagong dibarengi kata manten (bahasa Jawa, artinya pernikahan, sehingga bermakna menghadiri acara pesta pernikahan.

Bagaimana dengan daerah asal atau tempat tinggalmu? Apakah ada istilah tertentu untuk menghadiri pesta pernikahan?


Salam hangat,
Kata Nieke







Minggu, 30 Oktober 2022

Perubahan Iklim dan Resesi Ekonomi

Isu lingkungan kerap diabaikan demi kepentingan ekonomi. Padahal, perubahan iklim bisa mempengaruhi perekonomian. 

Langit kota Jogja dari Taman Sari.
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Nieke

Jumat, 09 September 2022

Menulis Review Produk Tanpa Terjerat UU ITE

Bagi kamu yang hobi kulineran dan jalan-jalan, biasanya tak ketinggalan menuliskan review. Bagaimana cara menulis review yang tidak berujung somasi?

cara menulis review produk
Cara menulis review tanpa disomasi dan digugat UU ITE. Foto: @katanieke desain Canva

Kamis, 28 Juli 2022

Active Wear Felancy, Review Produk dan Belanja Online

Suka pakai sport bra atau active wear untuk kegiatan sehari-hari? Baca ini dulu sebelum belanja ladies underwear secara online.

belanja ladies underwear di online, review Felancy
Belanja underwear secara online di situs Felancy.co.id. Review sport bra Felancy.

Selasa, 26 Juli 2022

3 Hal Penting Ketika Menonton Bareng Anak Kecil di Bioskop

Apa yang harus dilakukan agar bisa nyaman nonton sepanjang film--dalam artian kita tidak mengganggu penonton lain sekaligus nyaman untuk diri sendiri?

agar nyaman saat nonton bioskop bersama anak
Etika menonton di bioskop.

Minggu, 03 Juli 2022

Menghapus Stigma Penyandang Disabilitas dan Eks-Penyandang Kusta di Dunia Kerja

Benarkah Para Games bisa menghapus stigma penyandang disabilitas? Bagaimana difabel dan eks-penderita kusta bisa masuk ke sektor kerja formal?  

rehabilitasi sosial untuk memberdayakan eks-kusta dan penyandang disabilitas
Eks-penderita kusta dan penyandang disabilitas punya hak bekerja
yang dijamin dalam Undang-undang Penyandang Disabilitas.

Minggu, 22 Mei 2022

5 Buku yang Menginspirasi dan Meningkatkan Kemampuan Menulis

Mumpung masih momentum Hari Buku Nasional pada 17 Mei, saya ingin membagikan 5 (lima) buku yang pernah saya baca dan menginspirasi. 

Rekomedasi buku meningkatkan skill menulis
Rekomendasi buku yang menginspirasi menulis.

Jumat, 26 Februari 2021

Pulih dari Masalah Kesehatan Mental, Bebas dari Mental Korban

Buku Pulih mendobrak stigma negatif tentang kesehatan mental. Tak sekadar cerita luka, tapi bagaimana menyembuhkan jiwa.

Buku Pulih, Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis.


Senin, 01 Februari 2021

Nostalgia Lagu 1990-an Bertema Blok Barat dan Timur

Bapak saya punya cara unik mengenalkan cerita sejarah dunia kepada saya. Lewat film dan lagu. Ini salah satu kisahnya.

Kamis, 06 Agustus 2020

5 Bahasa Cinta Menjalin Hubungan Anti Baper

Pernahkah merasa, orang sekitarmu menghujanimu hadiah tapi kamu tetap merasa tak dikasihi? Barangkali bahasa cinta yang kamu butuhkan, dengan yang ia berikan, berbeda. Ketahui 5 bahasa cinta ala Gary Chapman.


Five Love Language, review buku Gary Chapman


Kamis, 30 Januari 2014

Bukan Kisah Cinderella




Sengaja menutup pintu, biar tidak ada yang masuk.
Tiba-tiba ada yang mengetuk,
Bingung... membukakan pintu atau membiarkannya tetap tertutup...
Sementara, rumah ini masih berantakan
Apa mungkin, membiarkan tamu masuk sementara aku masih sibuk menata yang berantakan?

-mengutip puisi karya Rina Widiastuti-


Rabu, 22 Januari 2014

The Truth About Heart






Lagi-lagi saya menampung curcol. Kali ini dari kedua pihak. Yang baru putus.


Senin, 15 Juli 2013

Happy Birthday, Malala!


ngintip isi blog Malala


Gadis ini namanya Malala Yousafzai. Baru aja merayakan ulang tahunnya yang ke-16, pada 12 Juli kemarin. Tepat di hari ultahnya, di usianya yang masih belia, dia sudah berpidato di Majelis Umum PBB. Keren ya!

Ini kutipan pidatonya:

"...Ada yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar. Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan menakutkan mereka....

Sabtu, 13 Juli 2013

Have you ever regret of something?

Beberapa kali orang pernah nanya, pernahkah saya menyesali sesuatu di masa lalu. Saya--biasanya--selalu menjawab TIDAK dengan sangat yakin. Sebab, saya yakin, sesuatu itu selalu mendatangkan kebaikan. Dan bahwa Tuhan mampu mendatangkan kebaikan atas hal-hal buruk yang kita alami (Roma 8:28).

Hidup itu seperti bawang, bisa membuat kita menangis kala teriris.  Tapi menyehatkan kala dimakan.






Tapi belakangan ini, atas beberapa peristiwa yang terjadi. Mendadak saya menyesali beberapa hal yang tidak saya ambil di masa lalu.

Selasa, 19 Juli 2011

Menertawakan Versus Merayakan Keunikan





Perempuan itu jelita, sungguh. Semampai, standar supermodel, langsing, rambut berombak tergerai. Dia pemenang kontes ratu kecantikan di Indonesia. Sebut saja namanya Cinderella.

Aku membaca kisahnya di koran di meja kubikelku pagi ini. Siapa menyangka, perempuan yang pernah mewakili kontes ratu kecantikan sejagad ini, semasa kecilnya pernah menjadi korban "bullying." Omong-omong, aku belum menemukan istilah "bullying" yang tepat dalam Bahasa. Tapi, artinya kira-kira perbuatan tidak menyenangkan secara fisik dan mental oleh sekelompok orang tertentu terhadap orang lain. Korban biasanya orang yang dianggap "berbeda" dengan orang lain pada umumnya.

Jadi begitulah, supermodel ini mendapat julukan "gendut". Ia tersiksa dengan label "gendut" sampai-sampai berusaha kurus dengan cara apa saja. Hingga ia mengidap anoreksia. Seiring usia, untungnya, ia menyadari citra dirinya: ia berharga. Kalau tidak, tentu tak bakal jadi ratu kecantikan. Mungkin, kamu pernah juga mengalami hal yang sama. Atau, kamu lagi di-"bully"? Atau bisa juga, kamu justru menjadi pelaku "bully"? Kalau iya, simak ini baik-baik.


Rabu, 22 Juni 2011

Ada Cerita di Kereta


Perempuan berkerudung itu menghempaskan tas kecilnya di atas kursi kereta ekonomi AC jurusan Depok-Stasiun Manggarai, Jakarta. Pukul delapan pagi, penumpang berjejalan. Ule, nama perempuan itu, bersyukur masih mendapatkan tempat duduk.

Tak lama, kuda besi itu berlari menuju jantung ibukota. Inilah ritual penduduk pinggiran kota yang mengadu nasib. Sepagi apapun Ule berangkat, kereta tetap penuh. Gerbong baru sela ketika jam masuk kantor terlewati. Ule tak punya pilihan. Ia memburu waktu, ada rapat awal pekan ini di kantor.

Ule baru saja akan mengatupkan matanya. Tidurnya semalam serasa masih kurang. Kepalanya sudah terantuk-antuk ke bawah. Pelupuk matanya seperti membawa kantong berisi penuh. Nyaris ia melayang ke alam mimpi.

"Dasar anak tidak tahu diri! Tahukah kamu, aku ini susah mengandung kamu. Tapi apa balasanmu?" Suara seorang perempuan yang naik darah.

Sekejap kantuk Ule hilang. Matanya terang benderang. Ia menengok ke arah lolongan amarah berasal. Seorang perempuan setengah baya dan anak perempuannya yang berusia 20 tahunan.

"Kau memang anak durhaka! Susah-susah aku menyekolahkanmu. Utang-utangmu itu aku juga yang bayar. Tapi apa balasanmu hah?" Gejolak perempuan setengah baya itu belum mereda.

Keduanya tak mempedulikan seisi gerbong menatap mereka.

"Kau hamil di luar nikah juga aku yang tanggung malu dan biayanya. Tapi begini balasanmu pada Ibumu?" Ia menjerit.

Anak perempuannya melengos menatap ke arah lain. Raut wajahnya menunjukkan kejengkelan luar biasa. Tapi tak ada mimik malu pada rupanya.

"Dasar Malin Kundang kau! Aku kutuk kamu!" Segala kepahitan di hatinya tumpah lewat mulut Sang Ibu.

Kereta berdecit dan berhenti di satu halte. Ule tak ingat nama tempatnya. Tak mendengar pula pengumuman yang biasanya didendangkan lewat pengeras suara kereta. Pertengkaran Ibu dan anak itu menyita perhatiannya.

Sang Ibu berdiri, meraih tasnya, lalu bangkit menuju pintu keluar. Tak sampai ia menjejakkan kaki di luar, tubuhnya mendadak lunglai. Seorang penumpang dekat pintu sempat menangkap tubuhnya sebelum terhempas.

Kali ini seisi gerbong riuh mengkhawatirkan nasib Sang Ibu. Sementara anak perempuannya tetap lengket pada kursinya. Hanya memandangi kejadian itu seolah tak mengenali perempuan yang pingsan itu sebagai orang yang melahirkannya.

Petugas di dalam kereta berlari-lari mendekati Sang Ibu. Lalu membopong tubuhnya ke luar untuk mencari pertolongan medis.

"Ada kerabat wanita ini?" Pekik petugas itu. Tak seorang pun menjawab.

Seisi gerbong kali ini menatap anak perempuan. Tapi perempuan muda itu pura-pura tak tahu.

Tubuh Sang Ibu dibawa keluar kereta. Terdengar peluit, tanda kereta akan melanjutkan perjalanan. Pintu tertutup otomatis. Kuda besi melaju kembali.

Sang Anak Perempuan tetap duduk tenang di tempatnya.

"Banyak cerita di kereta," kata Ule kepadaku, saat ia telah tiba di meja kantornya. Persis di samping kubikelku. "Kita pikir sinetron itu mengada-ada, tapi itu ada," celetuknya sambil menghela napas. Membuang sedikit kepedihan kala melihat Sang Ibu pingsan tanpa pertolongan anaknya.

Aku terdiam di depan layar monitor komputerku. Mencoba membayangkan seluruh kejadian itu terhampar di depanku.

Lalu aku menuliskannya di sini untuk kau baca. Supaya aku pun bisa berbagi padamu tentang nelangsa itu.



***
Nieke Indrietta

Senin, 06 Juni 2011

Love Letters: Rimba Kata


Pagi telah menjemputku, dengan kereta impian.
Ada nada-nada yang menari-nari dalam hatiku
saat aku menghirup udara hari baru.
Nada-nada yang menuntunku padaMu.
Ada bara hangat dalam tungku hatiku.
Yang membakar jiwaku untuk selalu rindu
mencari dan mendengar suara Kekasihku.
Dan saat merindu itu menggelegak tumpah ruah,
ribuan kata dalam surat cintaNya
melompat-lompat mendesak isi kepalaku.
Kadang kata-kata itu menjelma
menjadi angin puyuh yang mengobrak-abrik isi hatiku.
Mendobrak benteng dan keangkuhanku.
Satu waktu kata-kata itu menjadi selimut hangat
yang mendekap hati yang lara dan terluka.
Menyesap perih dan membuangnya.
Saat lain, kata-kata itu menjadi tamparan
menyentakkan ketika jalan sudah goyang
dan agak menyimpang.
Kala emosi yang mengendalikan.
Ribuan kata itu bisa singgah
dan jadi apapun yang bukan kamu mau,
tapi kamu butuh.
Rimba kata yang ditulis
dengan kasih ayah pada anaknya.

Kamis, 21 April 2011

Mempertanyakan Hari Kartini


Betapa terkesan meriah pagi ini. Membuka facebook, sejumlah orang menghiasi statusnya dengan mengucapkan selamat hari Kartini.

Lepas dari dunia maya, apabila Anda naik busway, terlihat sopir perempuan mengenakan pakaian adat. Sebuah situs menulis berita bahwa si sopir mengenakan baju Kartini.

Tak ketinggalan, apabila melewati jalanan, iring-iringan anak sekolah yang mengenakan pakaian adat.

Berikutnya... Sebuah pertanyaan yang sama dari tahun ke tahun saat hari Kartini : kenapa dirayakan dengan perempuan mengenakan pakaian adat? Sedangkal itukah hari Kartini?

Coba tanya pada orang, apa yang mereka ingat dari sebuah perayaan hari Kartini. Jawabnya hampir sama : mengenakan pakaian adat. Atau, coba tanya, siapa Kartini? Perempuan dengan kebaya dan rambut digelung. Lantas apa?

Berapa yang menjawab bahwa hari ini adalah peringatan seorang perempuan yang mencoba memperjuangkan haknya, setara dengan kaum laki-laki?

Tak heran, sekian tahun, belum banyak kebijakan yang mendukung kemajuan perempuan di negeri ini. Saya tak menyangkal bahwa perempuan telah mendapat kursi di gedung Senayan, menjadi pejabat pemerintahan, menteri. Bahkan negara ini pernah mempunyai seorang presiden perempuan.

Tapi berapakah perempuan, yang digerakkan dengan kesadaran, untuk membuat kebijakan dan sesuatu yang bisa mentransformasi kehidupan perempuan?

Adakah jumlah perempuan pemegang kekuasaan sebanding dengan jumlah anak perempuan yang menjadi anak jalanan, korban penganiayaan, pelecehan seksual dan pemerkosaan? Adakah kebijakan yang membuat perubahan nyata pada grafik perdagangan perempuan (trafiking)?

Berapa perempuan yang punya kesadaran penuh bahwa mereka bukan warga kelas dua? Berapa perempuan yang sadar mereka bukan sekedar "dapur", "sumur", "kasur"? Berapa laki-laki yang--sebagai akibat kebijakan mendukung transformasi perempuan--kemudian memperlakukan perempuan dengan hormat dan layak? Berapa persen laki-laki yang memandang perempuan bukan sekedar obyek seks?

Bahkan, sebuah Undang-undang anti pornografi bisa menjadi sebuah bumerang untuk kaum perempuan.

Nyatanya, ketika saya berjalan dengan kemeja lengan panjang dan celana jeans, tidak meluputkan saya dari celotehan iseng dari laki-laki di pinggir jalan.

Nyatanya, perempuan dengan pakaian tertutup tak terhindar dari kekerasan.

Nyatanya, perempuan belum cukup dilindungi dalam kasus pelecehan seksual, penganiayaan, kekerasan dalam rumah tangga.

Membayangkan semua itu, lagi-lagi, saya menelan ludah. Menghela napas. Sebuah bayangan yang masih melayang-layang di udara.

Dan ah.... Lelah pun mendera saya. Kartini, jika kau hidup hari ini, seperti apakah reaksimu?

Berang? Menggebrak meja di gedung Senayan? Mengusap airmata?

Saya mempertanyakan makna perayaan hari Kartini. Kartini berbicara tentang intelektualitas, nasionalisme, diskriminasi... BUKAN KEBAYA DAN KONDE.

Saya awali hari ini dengan panas yang menggigit kulit. Saya nikmati senja dengan laskar air dari langit. Saya tutup hari ini dengan pertanyaan-pertanyaan pelik.

Setidaknya saya tersenyum, ketika membaca sebuah tulisan ini :
"Dalam Tuhan, tidak ada perempuan tanpa laki-laki, dan laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatunya berasal dari Allah."

Lalu saya memejamkan mata dan mengangkat tangan saya. Saya tahu dan tahu, Dia tak pernah mengabaikan saya. Dia tahu nilai seorang perempuan.

***
-Nieke Indrietta-
Jurnalis, penulis yang perempuan, perempuan yang menulis, anti poligami.

Senin, 04 April 2011

Ketika Kamu Terluka


Tiap orang punya satu ruang kosong dalam hatinya yang tidak bisa diisi siapapun. Yang jika dipaksa isi, hanya ada luka. Ada malam-malam panjang yang merana kala ruang itu masih hampa. Siapapun yang singgah di sana hanya berikan lara. Itu bukan untuk mereka.

Hatimu terlalu berharga untuk mereka yang pernah menoreh luka. Airmatamu terlalu indah untuk mereka yang menggurat duka.

Waktu berbohong padamu, jika ia bilang bisa menyembuhkan luka.

Hati yang luka dan ruang yang hampa ibarat gelas anggur yang baru terisi separuhnya. Gelas anggur tak kan menjadi utuh jika ia bertemu dengan gelas anggur separuh pula. Sebab gelas itu tadinya adalah gelas yang kosong. Tak bisa ia menuangkan anggur yang separuh ke gelas yang isinya juga separuh, kalau akan menjadi gelas yang kosong. Gelas dengan anggur separuh hanya bisa terisi oleh pemilik anggur sendiri. Yang bisa membuatnya terisi penuh. Utuh.

Waktu adalah pendusta yang lihai. Membuatmu percaya telah menyembuhkan luka. Tidak. Ia hanya menguburnya saja.

Saat kamu telah terlena, mendadak ia bermain dalam alam pikiranmu. Memutar semua kenangan lama. Menguak luka. Waktu membuatmu tak sadar, kamulah yang memegang remote-nya. Kamu bisa menekan tombol "pause". Dan tetap berada dalam masa.

Menguak luka pun adalah suatu kenyamanan, yang membuat orang betah berkubang di sana. Jangan biarkan waktu memberi dusta. Kamu berharga.

Ketika kamu terluka, Ia terluka. Ketika kamu menangis, Ia menangis. Ia yang menenunmu sejak dalam kandungan ibu.

Dia, yang ingin membalut lukamu.

Jumat, 10 September 2010

Kenapa Disebut Jatuh Cinta?






Karena ketika kamu mencintai seseorang, kamu siap jatuh dan terluka.

Karena kamu mesti menjatuhkan ego dan kesombonganmu untuk mempertahankan cinta.

Karena kamu memilih, kemana kamu menjatuhkan pilihan hatimu. Ya, cinta itu memilih.

Karena ada seseorang yang menjatuhkan diri, berdarah dan terluka, demi melihat kehidupan kita berubah.

Karena ketika kamu terjatuh, ada tangan yang menopangmu dengan penuh cinta.

Karena Ia menjatuhkan pilihanNya padamu. Meski kamu tak setia. Ia tetap setia.

Karena ia tidak menuntutmu untuk menjatuhkan harga diri kamu sebagai perempuan, tapi menjaga dan mencintaimu apa adanya.

Karena ia menjatuhkan pilihan padamu, dan kamu menjatuhkan pilihan padanya.

Karena kamu bertanggung jawab atas pilihanmu, mencintai seseorang ada konsekuensinya. Pilihlah dengan benar.

Karena cinta itu tidak buta. Ada konsekuensi jatuh dan terluka. Tak ada orang yang sempurna.

Karena cinta bisa membuatmu merana, tapi kamu bisa meminimalisir dengan terlebih dulu menentukan standarmu.

Karena kamu menemukan rumahmu. Rumah adalah tempat kamu menaruh hatimu.

Karena kita menjatuhkan lutut kita untuk berdoa, untuk mendapat kekuatan mencinta.

Ingat, sebelum jatuh cinta, jatuhkan hatimu padaNya, yang terbaik yang bisa menjagamu, yang setia saat kita tidak setia.

Pandanglah langit berjelaga di kelamnya malam. Setiap kerling bintang, adalah kecupan sayangNya untukmu.

***