Menu

Percik Kata Nieke

Kamis, 06 September 2018

Traveling ke Surabaya: Wisata Sejarah Seputar Jembatan Merah


Wisatawan di kawasan Jembatan Merah, Surabaya. (Kredit foto: Nieke)

Sebenarnya tak sulit untuk berwisata sejarah di Surabaya. Tak mahal pula. Bahkan wisatawan dapat mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang letaknya berdekatan, hanya dengan berjalan kaki. 

Orang mengenal Surabaya sebagai kota Pahlawan dan memiliki banyak tempat bersejarah terkait perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia. Namun, ketika kita mengunjungi kota ini, berapa dari kita yang menyempatkan diri untuk menyinggahi tempat-tempat bersejarah tersebut?

Sebenarnya tak sulit untuk berwisata sejarah di Surabaya. Tak mahal pula. Bahkan wisatawan dapat mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang letaknya berdekatan, hanya dengan berjalan kaki. Setidaknya, ada empat tempat yang bisa dikunjungi. Antara lain: Museum House of Sampoerna, Penjara Kalisosok, De Javasche Bank, dan Jembatan Merah. Keempat tempat ini bisa kita kunjungi secara gratis.

Apabila kamu ingin kunjunganmu disertai dengan pemandu yang bisa menceritakan sejarah tempat-tempat tersebut, kamu bisa mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Surabaya On Foot. Ini adalah kegiatan non-profit yang bergerak di bidang edukasi interkultural dan komunitas pariwisata. Biasanya kegiatan diadakan pada Sabtu dan tidak dipungut biaya. 

Kamu bisa berkenalan dengan orang-orang baru dan sesama turis baik domestik dan internasional. Kamu juga dapat sekaligus mengasah kemampuan berbahasa asing ketika berkomunikasi. Sepanjang acara, pemandu menggunakan Bahasa Inggris dalam menjelaskan tempat-tempat wisata yang dikunjungi.

Beberapa waktu lalu, saya mencoba mengikuti kegiatan Surabaya on Foot di Jembatan Merah. Kala itu, tema yang digelar adalah wisata historis. Peserta diminta berkumpul di Taman Jayengrono yang terletak di kawasan Jembatan Merah, tepatnya persis di depan Jembatan Merah Plasa, pada pukul 10.00 pagi.
Setelah seluruh peserta berdatangan, kami saling berkenalan satu sama lain. Ada wisatawan domestik dan luar negeri, seperti dari Australia, Prancis, dan Kanada. Panitia kemudian memberikan kata pengantar yang berupa penjelasan soal kegiatan yang mereka adakan. Kemudian, kami berjalan kaki menuju lokasi pertama.

1. Museum House of Sampoerna



Museum House of Sampoerna terletak di jalan Taman Sampoerna nomor 6, Surabaya. Bangunan bergaya kolonial ini dibuka pada pukul 09.00 hingga 19.00 malam. Sesuai namanya, museum ini dimiliki dan dikelola oleh PT HM Sampoerna Tbk. 

Di sini, kita bisa mengetahui soal sejarah pabrik rokok dan kretek di Indonesia. Benda-benda yang disimpan dan dipamerkan juga terkait. Misalnya, bentuk warung penjual rokok di masa lalu, tungku untuk memasak daun tembakau, dan lain-lain. Di lantai dua, kita bisa melihat kegiatan para pekerjanya yang sedang melinting dan memproduksi rokok dengan tangan. Di lantai dua ini, pengunjung dilarang untuk memotret dan merekam apapun. Nah, jika kamu ingin melihat proses pembuatan rokok kretek dengan tangan, kamu mesti datang pada hari kerja atau Senin-Sabtu. 

Berikut ini cuplikan video suasana dalam Museum House of Sampoerna:


Dibangun pada 1862, museum Sampoerna mulanya adalah gedung panti asuhan yang dikelola oleh Belanda. Pada 1932, Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna membelinya dan menjadikannya sebagai tempat produksi rokoknya yang pertama. 

Di museum Sampoerna juga tersedia kafe dan art shop yang menjual cinderamata dan display buku-buku sejarah Surabaya, serta kain batik. Berkeliling museum Sampoerna hanya menghabiskan waktu sekitar satu hingga satu setengah jam.

Perjalanan dengan jalan kaki dari Taman Jayengrono depan Jembatan Merah Plasa menuju Museum House of Sampoerna membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Tak jauh, hanya 1 km. Sebaiknya membawa topi dan memakai losion jika cuaca terik. Menikmati museum Sampoerna tak dikenakan biaya tiket masuk. Selain itu, pengelola museum menyediakan layanan tur keliling kota Surabaya dengan menggunakan bus wisata. 

Museum House of Sampoerna:

Monday to Sunday (Senin-Minggu)

Museum, cinderamata dan galeri seni          09.00-19.00
Tanamera Coffee                                       10.00-21.00

2. Penjara Kalisosok


Penjara Kalisosok terletak di Jalan Kasuari 5, Surabaya. Luasnya sekitar 3,5 hektare. Ini merupakan penjara yang dikenal menyeramkan karena terjadi penyiksaan terhadap para pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Belanda. Gedung penjara ini dinamakan Kalisosok seusai nama kawasan daerah tersebut. Didirikan pada 1808 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. 

Berikut ini cuplikan video penampakan penjara Kalisosok:



Pemandu wisata dari Surabaya on Foot menerangkan, beberapa tokoh pada masa penjajahan Belanda yang pernah ditahan di Kalisosok adalah W.R Soepratman, Soekarno, HOS Cokroaminoto, dan KH Mas Mansyur. 

Pada masa Orde Baru, penjara Kalisosok masih digunakan. Sejumlah tokoh yang dianggap terlibat komunisme juga ditahan di tempat ini. Kalisosok tak lagi menjadi penjara sejak sekitar 2000. Kini gedung tersebut tampak terlihat tak terawat dan terbengkalai. Dengan berjalan kaki, perjalanan ke Kalisosok dari Museum Sampoerna ditempuh dalam waktu sekitar 8 menit melalui Jalan Kalisosok Kidul.

3. De Javasche Bank
Suasana di gedung lantai dua di De Javasche Bank, Surabaya.
 (Kredit:Nieke)

De Javasche Bank merupakan bank sentral Hindia Belanda yang didirikan pada masa penjajahan Belanda. Markasnya di Batavia, di Surabaya ini adalah kantor cabang yang dibuka pada 1829. Letaknya di Jalan Garuda nomor 1, Surabaya.

Ketika Indonesia merdeka, gedung ini kemudian diambil alih pemerintah Indonesia dan menjadi kantor cabang Bank Indonesia di Surabaya hingga 1973. Kantor cabang Bank Indonesia kini di sebuah gedung di kawasan Tugu Pahlawan. Sementara itu, bangunan De Javasche Bank di Jalan Garuda ini direstorasi dan dibuka sebagai museum pada 2012.

Bila berjalan kaki dari Penjara Kalisosok hanya sekitar 160 meter atau dua menit berjalan kaki.
Kunjungan ke De Javasche Bank bisa memakan waktu sekitar satu jam. 

Kita bisa melihat bagaimana bank pada masa pendudukan Belanda beroperasi. Termasuk sistem keamanannya, tak hanya menggunakan pintu brankas yang sangat tebal, tapi juga cermin sebagai alat pengawas. Menurut petugas jaga museum, pintu brankas tersebut dipasang oleh rakyat jelata yang dijadikan budak. Di dalam museum, kita juga melihat berbagai koleksi mata uang yang berlaku pada masa lalu.  Museum buka dari pukul 08.00-16.00, tak dikenakan biaya tiket masuk.

4. Jembatan Merah


Dari gedung Javasche Bank, berjalan kaki menuju ke Taman Jayengrono hanya sekitar 3 menit, atau berjarak sekitar 240 meter. Persis di sebelah taman adalah Jembatan Merah yang melintang di atas Kali Mas, Surabaya. Jembatan ini dulu berfungsi menghubungkan kawasan Kembang Jepun yang menjadi sentra perdagangan dengan gedung karesidenan Surabaya. Namun kini gedung karesidenan sudah tidak ada. Jembatan ini juga menjadi monumen bersejarah sebab merupakan salah satu lokasi pertempuran arek Surabaya melawan tentara sekutu Inggris dan Belanda.

Berikut ini vlog perjalanan lengkap dari Taman Jayengrono-Museum Sampoerna-Penjara Kalisosok-De Javasche Bank hingga kembali ke Taman Jayengrono, atau klik di sini.



Tip Wisata dengan Jalan Kaki:


  • Cuaca kota Surabaya biasanya terik, gunakan losion sebelum bepergian. Bila perlu gunakan topi dan bawa payung.
  • Bawa air minum dalam botol.
  • Gunakan google map atau bawa peta
  • Pakai sepatu yang nyaman, misalnya sepatu kets atau sneaker. Hindari gunakan sepatu pantofel dan hak tinggi.
  • Berpakaian yang nyaman.
  • Apabila bepergian dengan kelompok dengan jumlah sekitar 20 orang, lebih baik menghubungi tempat yang akan dikunjungi terlebih dulu. Tempat-tempat tersebut memang tak memerlukan reservasi dan pemesanan tiket. Namun, pengelola akan menyiapkan tempatnya agar kunjunganmu lebih nyaman.
  • Bergabung dengan kegiatan komunitas lokal, misalnya Surabaya on Foot. (Bisa hubungi di Instagramnya: @surabayaonfoot)
(Nieke Indrietta)

Tulisan saya yang lain seputar traveling klik di sini.

Baca juga:

Makna di Balik Kain Batik, Ada Kode Menyatakan Cinta

5 Hotel di Surabaya yang Terhubung Mal

Traveling ke Jakarta: Cara Menggunakan Kereta Bandara

5 Es Krim Unik dan Anti-Mainstream, Berani Mencoba?